"..Untukmu seseorang yang kini sedang berhijrah, maafkan aku.. sebenarnya saya sadar apa yang telah aku lakukan kemarin adalah sebuah hal yang dilarang dalam agama kita, saling berkomunikasi antara lawan jenis dan membicarakan sebuah catatan kehidupan hingga kita saling mengetahui satu sama lain, bertukar informasi, dan mencari tahu tentang kita satu sama lain adalah sebuah hal yang semestinya kita tidak lakukan.."

Kita dalam menjalani kehidupan ini selalu dihadapkan dua pilihan, antara kebaikan dan keburukan, antara memilih atau dipilih, antara meninggalkan kemaksiatan untuk menuju kemuliaan, ataukah tetap bertahanan dalam jurang lingkaran nafsu yang membawa kegelisahan dan kegelapan hidup hingga cahaya ilahilah yang mampu meneranginya dan kembali kejalan yang lurus dan diridhahinya, berpasangan adalah sebuah sunnatullah yang dihadirkan kedunia ini untuk melengkapi segala kesempurnaan ciptaanNya.

 Hijrah adalah pertanda berpindahnya seseorang dari satu tempat ketempat yang lainnya dengan niat semata-mata karena Allah untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri, meninggalkan kemaksiatan, dan hanya melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, serta mengikuti tabiat yang dicontohkan Rasulullah Saw dalam mengarungi kehidupan ini. Ketika seseorang telah ikhlas untuk berhijrah maka segalahnya siap untuk mengikhlaskan sekalipun harus meninggalkan orang yang tercinta, termasuk keluarga.

Sudah begitu banyak kisah dalam sejarah kehidupan yang mencontohkan sebuah keteladanan dalam berhijrah, kisah Mush’ab ibn ‘Umayr seorang pemuda tampan, kaya raya yang memiliki segalanya dalam hidup dan rela untuk meninggalkan semuanya, keluarganya, kemewahan dalam hidup demi sebuah kemuliaan cinta untuk memeluk islam, hidup dalam kesederhanaan, meninggalkan keluarganya dan rela untuk menerima siksaan agar kembali seperti sebelumnya, namun Ia memilih meninggalkan semuanya dan berjuang bersama baginda Rasullullah Saw demi sebuah kemuliaan dan surga yang telah dijanjikan. 

Kisah umar ibn khattab, khalid ibn walid, yang sebelumnya adalah musuh islam bahkan siap untuk memenggal kepala rasullullah, namun atas nama cinta dan cahaya iman mereka memilih untuk meninggalkan segalanya dalam hidup dan memilih untuk kehidupan baru demi meraih kemuliaan surga, Bilal ibn rabah bagaimana ia memperlihatkan ketauhidan yang suci, sekalipun tubuh ditanam diteriknya pasir dan terik matahari serta cambuk yang meneteskan darah bahkan nyawa menjadi taruhannya, ia tetap tegak bediri membela dan mengagungkan agama Allah, abu jakfar, abdullah ibn rawahah, usman ibn affan bahkan jiwa raga menjadi taruhan serta atas nama cinta kepada Allah dan Rasululnya, mereka tetap tegak berdiri untuk menegakkan kalimat Allah, dan masih banyak lagi sahabat-sahabat Rasulullah yang patut kita jadikan teladan semoga mereka mendapat tempat terpuji disisiNya sesuai yang dijanjikanNya Aminn.

Mengapa kita masih berani untuk bermaksiat, berkhalwat, dan enggan mematuhi perintah Allah?, Lantas bagaimana dengan kita dalam berhijrah, apakah kita berhijrah atas nama cinta Allah dan RasulNya ataukah kita masih dalam keadaan penuh dosa karena kemaksiatan yang telah kita lakukan, hijrah tidak bisa setengah-setengah tapi hijrah sejati adalah apa yang dicontohkan sahabat-sahabat rasulullah semoga kelak kita juga semua dapat dikumpulkan bersama mereka Amiin ya Allah. 

Untukmu seseorang yang kini sedang berhijrah, maafkan aku.. sebenarnya saya sadar apa yang telah aku lakukan kemarin adalah sebuah hal yang dilarang dalam agama kita, saling berkomunikasi antara lawan jenis dan membicarakan sebuah catatan kehidupan hingga kita saling mengetahui satu sama lain, bertukar informasi, dan mencari tahu tentang kita satu sama lain adalah sebuah hal yang semestinya kita tidak lakukan, sebenarnya aku hanya ingin membantumu dan mengenalmu lebih jauh namun maafkan aku, kita telah melanggar hijab hingga perasaan itu muncul begitu saja dan diwaktu yang belum tepat, aku tak bermaksud untuk menodai hijrah yang telah kamu lakukan saat ini dan aku juga, tapi ketahuilah aku hanya ingin mengenalmu, namun aku tahu ini adalah kesalahan, aku juga sebenarnya dalam proses berhijrah sejak lama walaupun aku tahu, aku masih tertatih dalam mengamalkan perintahNya, memuliakan wanita sebagai perhiasan dunia, mengikuti tarbiyah, mendalami agama, membaca buku yang aku suka termasuk karya ibn qayyim Al-jauziah tentang tingkatan-tingkatan cinta dan tauhid, novel karya habiburrahman tentang “api tuhid, ayat-ayat cinta”, elfitiana rosa “ketika mas gagah pergi”, ust. Salim A. Fillah “saksikan aku seorang muslim, dan jalan cinta para pejuang”, karya Tere liye, ust. Furqon “bangun cinta” dan alquran serta hadist serta bnyak lagi semua demi bertambahnya ilmu pengetahuan dan memutuskan untuk berhijrah secara total insha Allah.

Diawal percakapan kita, pernah aku sampaikan tentang sebuah kekhawatiran kedepannya  dan inilah kekhawatiran itu perasaan muncul begitu saja, maafkan aku. Aku meyakini bahwa takdir kehidupan berupa kematian, rezeki, dan jodoh adalah perkara Tuhan yang tak bisa diubah oleh manusia kecuali dengan do’a hingga Allah mengasihi dan mengabulkan pintanya. Allah menciptakan jarak dan Ia pun menciptakan do’a sebagai obatnya, Jika kamu sekarang dalam proses untuk berhijrah maka aku bahagia mendengarnya, dan aku tak mau menodai hijrahmu itu, maka biarlah aku pergi bukan untuk memutuskan silaturrahim tetapi untuk memuliakanmu dan menjaga fitnah agar tidak terjadi, kita masih tetap bisa berkomunikasi tetapi hanya membahas hal-hal penting dan bukanlagi untuk saling berbagi catatan hidup ataupun hanya sekedar saling menyemangati.

Hi..  kamu yang sedang berhijrah, berpakaian syar’i menambah keanggunanmu, ku harap akhlakmu juga demikian, aku senang bisa mengenalmu dalam sebuah kebaikan, aku juga sedang dalam proses hijrah saat ini. Dan maafkan kita harus mengakhiri ini dan tak lagi saling berkomunikasi, kecuali jika hal itu penting. Semoga kelak dengan hijrahmu ini dan akupun demikian insha Allah kemuliaan cinta berupa islam dan iman yang ada pada diri kita akan dapatkan. Jika memang perasaan ini adalah rasa yang dititipkan oleh Allah maka kelak suatu saat nanti rasa ini akan tetap ada saat dimana kita akan dipertemukan kembali, namun jika ternyata ini hanyalah sebuah prasangka saja, maka aku yakin kamu akan dipertemukan dengan seseorang yang terbaik sesuai dengan janjinya dan begitu juga dengan aku. 

Baiklah sebelum kamu dan aku pergi maka kumohon maafkanlah segala kekhilafanku selama kamu mengenalku pun aku juga telah memaafkanmu. baiklah aku dan kamu telah masing-masing pergi, bersabarlah, semangat, dan semoga kita semua kelak sukses dijalan hidup kita masing-masing. Semangat kata yang selalu memotivasi untuk kita harus bergerak. Tetaplah bergerak raihlah mimpi-mimpimu. 

Aku dan kamu telah pergi masing-masing dijalan hidupnya. Kamu bisa melakukannya tanpa seseorang disampingmu, kamu mempunyai keluarga tempat berbagi, dan kamu punya Allah yang mempunyai segalanya dalam hidup ketika sedih dan penat menjalani hidup maka ceritakanlah kepada pemilik kehidupan ini, bagiku kamu adalah orang hebat.

Sampai jumpa dan semoga kita dapat bertemu lagi diwaktu dan tempat yang diridhahinya.

Assalamua’alaikum warahmatullah. SEMANGAT.
Makassar, 01/08/016.Baitul Hikmah
                                                                                                    sumber pict:http://suffagah.com/