" Untukmu kita semua yang kelak akan tinggal sebagai sebuah nama, kenanglah kebaikan dan kemanfaatan buat orang lain walau sekecil apapun itu, doakanlah dan lupakanlah keburukannya karena itu adalah do’a untuk setiap jiwa, agar kelak mereka tetap hidup dengan bahagia dimasing-masing tempat perisrahatannya"

           Hari ini kita masih tertawa dan senyum bahagia atas setiap nikmat kehidupan yang telah dan sedang kita nikmati kini, meminum secangkir kopi disudut malam dalam rinai hujan rintik yang mengingatkan kembali sebuah kenangan, tak mampu tertidur hingga larut malam menyapa, pikiran kini tak menentu, harus bergerak untuk tetap melangkah meraih apa yang dicita-citakan, diam takkan ada gunanya, tetapi bergerak adalah sebuah kepastian dalam hidup. Kita semua adalah manusia yang tak tahu kematian telah menunggu didepan, namun hanya asyik, bersenang-senang, menuruti hawa nafsu dengan dunia yang penuh jebakan menyengsarakan, hingga suatu saat nanti tinggalah sebuah nama didunia saat kematian telah menghampiri.

Kini usia tiap hari telah bertambah namun kematian tiap hari menghampiri, sudah berapa banyak kebaikan yang mampu dilakukan, ataukah justru keburukanlah yang senantiasa menjadi tabiat, tak ada salahnya mengakui sebuah penyesalan untuk bertaubat, ketimbang dengan bangga setiap saat bermaksiat terhadap Tuhan. Hidup mengaku berpedoman terhadap syariat agama lantas mengapa masih bermaksiat dengan berpacaran, berjudi, meminum khamar, membuka aurat, berzina, mencuri, bahkan membunuh manusia lainnya adalah sebuah kekhilafan katanya, inikah cerminan hidup yang bahagia didunia ini yang justru kelak akan dipertanggungjawabkan ataukah awal penderitaan kelak diakhirat. 

Tinggallah sebuah nama ketika kita telah pergi meninggalkan sebuah tempat menuju tempat yang baru, meninggalkan sebuah kenangan, membawa sebuah pelajaran hidup dan sejuta aktifitas yang kelak dipertanggungjawabkan, ditangisi ataukah ditertawakan, dipeluk ataukah dicibir, dikenang dengan kebaikannya ataukah keburukannya, semuanya adalah bagaimana cara hidup dan memperlakukan manusia-manusia lainnya. Membawa sebuah kebaikan dan kemanfaatan ataukah keburukan dan bencana bagi orang lain, semuanya adalah akibat prilakumu memperlakukan mereka.

Tinggallah sebuah nama ketika kematian telah menjemput, nama yang akan hidup didalam setiap jiwa-jiwa yang mengenalnya. Setiap dari kita mempunyai nama yang diberikan oleh orang-orang tercinta, mereka berharap nama itu adalah harapan kelak bagi setiap anaknya untuk menjadi apa yang diartikan oleh namanya, namun seringkali nama hanya menjadi symbol identitas manusia saja tanpa memahami dan mengingankan dirinya sesuai dengan nama pemberiannya.

Tinggallah sebuah nama, ketika tubuh telah kembali ke asalnya, tanah menjadi tempat perisrahatan terakhir, hingga hubungan manusia telah terputus satu sama lainnya dan tinggallah sebuah kenangan, hanya doa menjadi penghubung antara kedua dimensi yang ditinggalkan dan meninggalkan semua telah diatur olehNya sesuai dengan ketetapanNya. Sebelum kita semua tinggal menjadi sebuah nama, maka buatlah kehidupan kita berkesan dan selalu membawa kebaikan dan kemanfaatan buat orang-orang disekitar kita, hingga ketika kita telah tiada maka kitapun akan dikenang seperti yang kita lakukan dan itu menjadi doa yang kelak membawa kita bahagia ditempat dimana kita diciptakan hingga dimensi kita akan tetap tersambung dengan do’a yang membawa sebuah kemuliaan bagi setiap jiwa-jiwa yang merindukan kebahagian dunia dan akhirat.

Untukmu kita semua yang kelak akan tinggal sebagai sebuah nama, kenanglah kebaikan dan kemanfaatan buat orang lain walau sekecil apapun itu, doakanlah dan lupakanlah keburukannya karena itu adalah do’a untuk setiap jiwa, agar kelak mereka tetap hidup dengan bahagia dimasing-masing tempat perisrahatannya.

Makassar, Pondok Baitul Hikmah II.

                                                                                      sumber pict ilustration:http://2.bp.blogspot.com